Jumat, 08 April 2011

Pola Pengembangan Wacana

1. Pola Umum- Khusus (General-Partikular)
Pola susunan umum-khusus adalah wacana yang diungkapkan dengan pola pengembangan dari hal-hal atau kalimat yang bersifat umum diikuti kalimat-kalimat yang bersifat khusus. Dengan kata lain, pikiran utama bersifat umum diletakkan di awal wacana kemudian pikiran penjelas yang b ersifat khusus diletakkan di akhir wacana.
Pola pengembangan ini juga bersifat sebaliknya, yaitu khusus-umum. Pola ini meletakkan pernyataan-pernyataan khusus di awal wacana dan ditutup dengan pernyataan yang bersifat umum.
2. Pola Seluruh-Bagian (Whole-Part/Componen)
Pola susunan wacana ini mengedepankan sesuatu secara menyeluruh terlebih dahulu kemudian diikuti bagian-bagian dari keseluruhan tersebut. Dengan kata lain suatu objek disampaikan secara keseluruhannya terlebih dahulu kemudian diikuti penjelasan secara lebih mendalam terhadap bagian-bagian yang telah disampaikan.
Seorang pengguna bahasa kadang-kadang tidak menyampaikan seluruh informasi dengan menggunakan satu kalimat. Hal ini disebabkan keterbatasan bahasa si penutur dan pertimbangannya atas kemampuan penerima informasi. Dalam hal ini penutur menyampaikan secara bertahap.
3. Pola Latar-Subjek-Unsur (Set-Subject-Element)
Pola latar-subjek-unsur adalah pola wacana yang di dalamnya terdapat latar (waktu dan tempat peristiwa itu terjadi) dengan jelas, disertai dengan subjek atau pelaku, serta diikuti dengan unsur-unsur yang mendukung wacana tersebut.
4. Pola yang Mencakup-yang Tercakup (Including-Included)
Pola wacana ini mengedepankan bagian yang mencakupi suatu objek sebagai pikiran pokoknya. Pada bagian ini disampaikan hal-hal yang mencakupi atau yang menjadi inti dari suatu objek. Pada bagian selanjutnya diikuti pikiran penjelas yang berupa bagian yang dicakupi atau yang tercakup di dalam sesuatu yang telah dijelaskan pada bagian awal. Pola ini senada dengan pola umum khushs hanya saja lebih menonjolkan sesuatu objek.
5. Pola Besar-Kecil (Large-Small)
Selanggam dengan pola sebelumnya, pola besar-keci diawali diawali dengan pikiran utama yang bersifat lebih besar cakupannya/bidangnya/ukurannya. Setelah menyampaikan bagian tersebut diikuti dengan pikiran penjelas yang berupa hal-hal yang bersifat lebih kecil. Namun demikian, antar bagian tersebut bukan sesuatu yang saling bergantung/berkaitan sebagaimana dalam pola yang mencakup dan tercakup.
6. Pola Luas-Dalam (Outside-Inside)
Pola ini hampir mirip dengan pola mencakup-tercakup, hanya saja yang ditekankan bukan pada aspek keberkaitan/hubungan antarbagian melainkan lebih pada aspek keluasan topik. Pola ini diawali dengan pikiran utama yang bersifat luas dan menyeluruh. Setelah itu, barulah diikuti dengan pikiran-pikiran penjelas yang bersifat lebih dalam atau mengkhusus.
7. Pola yang Memiliki-yang dimiliki (Possessor-Possessed)
Pola ini berfokus pada sesuatu yang bersifat yang memiliki dan yang dimiliki. Dengan bahasa lain pikiran utamanya berupa hal-hal yang memiliki. Selanjutnya, diikuti dengan pikiran penjelas yang berupa hal-hal yang dimiliki oleh sesuatu yang telah disampaikan dalam pikiran utama.
8. Pola Sekuensi Temporal
Pola wacana ini dibuat berdasarkan urutan waktu atau kronologis. Wacana ini umumnya menggambarkan urutan terjadinya peristiwa, perbuatan atau tinakan.
9. Pola Sekuensi Spasial
Pola ini menekankan pada aspek spasial/ruang. Wacana dibuat berdasarkan urutan ruang/tempat. Pembaca atau pendengar diharapkan dapat membayangkan urutan dari satu titik ke titik yang lain atau dari suatu tempat ke tempat yang lain.

10. Pola Ekuivalensi-Kontras
Pola ini sering disebut dengan pola perbandingan dan pertentangan. Untuk memperjelas suatu paparan biasanya pengguna bahasa berusaha memperbandingan dengan melihat aspek-aspek kesamaan suatu objek dan mengontraskannya atau mempertentangkannya dengan sesuatuhal yang lain.
Suatu objek dipaparkan kesamaanya kemudian diikuti perbedaan-perbedaan. Hal ini dimaksudkan untuk menandaskan sesuatu. Hal-hal yang diperbandingkan dan dipertentangkan ini lazimnya hal-hal yang bersifat sepadan dan mencolok.
11. Pola Sebab-Akibat
Senada dengan pola yang lain, pola ini didahului dengan pikiran utama yang berupa hal-hal yang menjadi penyebab kemudian diikuti dengan pikiran penjelas yang berupa hal-hal yang menjadi akibat dari pikiran utama. Pola ini berlaku pula sebalinya. Artinya terdapat pula pola akibat-sebab.
Secara umum kesebelas pola ini tidak bersifat saling mengecualikan. Hal ini berarti bahwa sebuah pola wacana tidak serta-merta tidak dapat dipandang sebagai pola yang lain. Dalam arti mudahnya, sebuah wacana dikatakan memiliki pola A bukan berarti tidak dapat dikatakan memiliki pola pengembangan B atau yang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar