Rabu, 22 Juni 2011

Buku Saya dan Teman-Teman

Alhamdulillah Puji syukur ing ngarsanipun Gusti Ingkang Maha Asih, ingkang sampun paring kanugrahan tuwin kabagaswarasan, saengga buku kula kaliyan Kanca-kanca saged cetak. Sumangga dipun-prisani, bok bilih kersa, hubungi kula mawon :1.
Menika buku ajar kangge kelas XI SMP/MTS2.
Menika buku ingkang isinipun babagan pengobatan tradisional khusus kangge kecantikan.

Minggu, 19 Juni 2011

Daftar Judul Calon Tesis Mahasiswa PBSJ Universitas Sebelas Maret

1 Ageng Nugraheni Hubungan antara Penguasaan Kosakata dan Minat Belajar dengan Kemampuan Berbicara Bahasa Jawa Siswa Kelas X SMAN se-Kabupaten Cilacap

2 Alfiah Pelaksanaan Penilaian Berbasis Kelas dalam Pembelajaran Bahasa Jawa di SMP Kota Semarang

3 Anis Taflihiyah -

4 Arief Rahmawan Kemampuan Mengapresiasi Geguritan Ditinjau dari Pemahaman Kode Hermeneutik dan Pengusaan Bahasa Figuratif

5 Aris Hidayat Hubungan antara Penguasaan Kosakata dan Minat Belajar dengan Kemampuan Membaca Teks Aksara Jawa pada Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto

6 Christina Hartiningrum Peningkatan Kemampuan Berbicara Bahasa Jawa Krama dengan Menggunakan Metode Bermain Peran (Role Playing) pada Siswa Kelas X TKJ SMK Kosgoro 1 Sragen

7 Danar Setiawan Nilai-Nilai Struktural dan Pendidikan Budi Pekerti dalam Serat Wulangreh Karya Sri Susuhunan Pakoe Boewana IV

8 Djoko Sulaksono Nilai Estetika dan Pendidikan dalam Cerita Wayang Mintaraga Gantjaran Gubahan Dr. M. Prijohoetomo

9 Fajar Fitri H. K. M. Penggunaan Basa Rinengga dalam Lagu-lagu Jawa dan Implementasinya dalam Pembelajaran di Sekolah

10 Gunadi (A) -

11 Gunadi (B) Penerapan Metode Mind Mapping untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis dengan Aksara Jawa pada SMA N 4 Surakarta

12 Krisna Pebryawan Kemandirian Wanita dalam Roman Suparta Brata`s Omnibus (Tinjauan Sosiologi Sastra dan Nilai Pendidikan Moral)

13 Nita Rohmayani Analisis Tekstual Rubrik Jagad Sastra pada Jagad Jawa Harian Solopos serta Relevansinya dengan Pembelajaran Bahasa Jawa di Sekolah

14 Sapto Sunarso Folklor Rawa Pening (Tinjauan bentuk, Fungsi, dan Nilai Edukasi)

15 Septi Indriyani Implementasi Pembelajaran Membaca Pemahamana Teks Bahasa Jawa pada Siswa Kelas X A SMA N 1 Gemolong

16 Siti Rochani Upaya Meningkatkan Membaca Teknik dengan Menerapkan CTL Aspek Pemodelan Kelas X G SMA N 4 Surakarta

17 Totok Yasmiran -

18 Trias K. P. S. Struktur dan Nilai Pendidikan dalam Cerita Rakyat Jaka Tingkir

19 Wahyu Tri Prabowo Aspek Didaktis dalam Novel Emprit Abuntut Bedhug dan Sapu Tangan Gambar Naga Karya Suparta Brata (Sebuah Tinjauan Kritik)

20 Kurniasih Fajarwati Analisis Stilistika Naskah Drama Berbahasa Jawa “Gapit” Karya Bambang Widoyo S. P. Dan Relevansinya dengan Pembelajaran Bahasa Jawa

21 Mustofa Mahendra Upaya Pencapaian Kompetensi Dasar Bercerita tentang Pengalaman Pribadi melalui Model Penilaian Berbasis Kinerja

22 Siti Yeni S. Tradisi Pernikahan Masyarakat Samin di Desa Kemantren Kecamatan Kedungtuban Kabupaten Blora

23 Sri Kustinah Pembelajaran Menulis Huruf Jawa pada Siswa SMP Negeri Tengaran Kabupaten Semarang

Sabtu, 18 Juni 2011

SEMANTIK BASA JAWA




1.      Sebutkandan jelaskan beserta contohnya beberapa hal sebagai penyebab perubahan makna!
Jawab:
a.       FaktorKebahasaan           : Perubahan maknakarena faktor kebahasaan berhubungan dengan fonologi, morfologi, dan sintaksis.
Contoh : padakalimat Herman ngapusi Sapdo,mengandung makna tertentu, dan kalau kalimat itu diubah menjadi Herman diapusi sapdo, maka makna intinyabukan lagi Herman yang ngapusi Sapdo,tetapi Sapdo yang ngapusi Herman
b.      FaktorKesejarahan           : Perubahan maknakarena faktor ini berhubungan dengan perkembangan kata.
Contoh :misalnya terdapat kata rukun, sepertidalam urutan kata rukun tangga (RT)dan rukun warga (RW). Dahulu, urutankata tersebut dihubungkan dengan kerukunan antar warga, baik antara tetanggadengan tetangga maupun antara warga dengan warga selingkungan dalam satu desa.Kini pengertian itu sedah menjadi institusi resmi, maknanya bukan lagi khususmengenai soal kerukunan, tetapi sudah lebih luas dari itu.

c.       Faktorsosial          : perubahan makna yangdihubungkan oleh faktor sosial dihubungkan dengan perkembangan makna kata dalammasyarakat.
Contoh :misalnya kata gerombolan yang padamulanya bermakna orang yang berkumpul atau kerumunan orang, tetapi kemudiankata ini tidak disukaai lagi sebab selalu dihubungkan dengan pemberontak ataupengacau. Kata gerombolan sekarangsudah enggan digunakan, bahkan ditakuti.
d.      FaktorPsikologis  : perubahan makna karenafaktor psikologis berhubungan dengan emosi serta kata-kata tabu.
Contoh :pengunaan kata asu. Dahulu makna kataasu dihubungkan dengan binatangberkaki empat yang bisa menggonggong. Kini kalau orang marah, lalu mengatakan “asu!”, maka kata asu bukan lagi nama binatang, tetapi nama panggilan manusia yangmenjadi tujuan kemarahan. Dengan kata lain makna kata asu telah berubah.
e.        Faktor Pengaruh Bahasa Asing    : perubahan makna karena faktor inidisebabkan oleh inteeraksi manusia antara sesama bangsa yang tidak dapatdihindarkan
Contoh :misalnya pada kata kursi yang berasal dari bahasa arab kursiyyun yang kemudiandalam bahasa Jawa bermakna kursi, tempat untuk duduk. Tetapi pada kalimat “Parapejabat padha rayahan kursi.” Makna kata kursi bukan lagi tempat untuk duduk,tetapi dikaitkan dengan jabatan.
f.       KarenaKebutuhan Kata yang Baru          :perubahan makna karena faktor ini dapat dijelaskan dari segi kebutuhan pemakaibahasa bahwa pemikiran manusia terus berkembang sesuai kebutuhan. Kebutuhantersebut membutuhkan kata atau istilah baru karena bahasa merupakan alatkomunikasi.
Contoh : padakata bui, penjara, tutupan diganti dengan lembaga pemasyarakatan

2.      Jelaskanyang dimaksud dengan sinonim, antonim, homonim, homograp, hipernim dan hiponim,polisemi beserta contohnya dalam bahasa Jawa!
Jawab  :
a.       Sinonim adalahsuatu kata yang memiliki bentuk yang berbeda namun memiliki arti ataupengertian yang sama atau mirip. Sinomin bisa disebut juga dengan persamaankata atau padanan kata. Contoh : mati = seda,mangan = dhahar.
b.     Antonim adalahsuatu kata yang artinya berlawanan satu sama lain. Antonim disebut juga denganlawan kata. Contoh : apik >< elek,dawa >< cendhak.
c.       Homonim adalahsuatu kata yang memiliki makna yang berbeda tetapi lafal atau ejaan sama.Contoh : sekar ‘kembang’ dan sekar ‘tembang’
d.      Homograp adalahsuatu kata yang memiliki makna yang berbeda tetapi lafalnya sama. Contoh : lempeng ‘kayu’ dan lempeng ‘lurus’
e.      Hipernim adalahkata-kata yang mewakili banyak kata lain. Kata hipernim dapat menjadi kata umumdari penyebutan kata-kata lainnya. Sedangkan hiponim adalahkata-kata yang terwakili artinya oleh kata hipernim. Umumnya kata-kata hipernimadalah suatu kategori dan hiponim merupakan anggota dari kata hipernim. Contoh: hipernim lara, hiponimnya mumet, watuk, pilek, lsp.
f.       Polisemi adalahkata-kata yang memiliki makna atau arti lebih dari satu karena adanya banyakkomponen konsep dalam pemaknaan suatu kata. Contoh : Satu kata seperti kata"kepala" dapat diartikan bermacam-macam walaupun arti utama kepala dalambahasa Indonesia adalah bagian tubuh manusia yang ada di atas leher. Contohnyadigunakan pada kepala sekolah‘pemimpin’, saben kepala kudu bayar upeti‘kepala berarti individu’, Juang lagigawe kepala surat ‘kepala berarti bagian dari surat’.

DAFTARPUSTAKA
Pateda, Mansoer. 2001. Semantik Leksikal. Jakarta :Rineka Cipta

Jumat, 10 Juni 2011

Linguistik Perbandingan Bahasa Batak dan Melayu


berikut merupakan perbandingan antara bahasa batak dan melayu dilengkapi dengan prosentase kekerabatannya :
http://www.ziddu.com/download/15319913/LHK.pdf.html

Upacara Panggih ( Tampa Kaya, Dhahar Klimah, Ngonjuk Toya Wening)


                Risang penganten sarimbit sampunlenggah ing sasana rinengga. Kepareng para tamu lenggah wonten sasana sakawit,matur nuwun awit sampun suka pakurmatan dhumateng panggihing pengantensarimbit. Tumuli badhe katindakaken adicara adat, tampa kaya, wus jumenengrisang abagus ngasta pirantining kacur-kucur, tampa kaya. Kyai Ambar Sejatibadhe maringaken kaya dhumateng Nyai Ambar Sejati. Kacang kawak, dhele iwak,wong liya dadia sanak, wong adoh dadia cedhak, ngastiti, ngati-ati, werdi,dadi. Risang abagus wus sumadhiya angupaya sandhang miwah boga kacekapaningkulawarga. Satemah kulawarga datan kacingkrangan, sukur bage pinaringankasugihan.
                Asiling guna tampa kaya, arsakatitipaken dhumatang ingkang ibu, nun inggih ibu Sri Dewi satunggalingwanodyagung ingkang pinitados mring risang penganten sarimbit kinen rumeksaasiling guna tampa kaya.
                Paripurna sowan ingkang ibu,penganten sarimbit wangsul wonten ing sasana sakawit, arsa nindakaken dhaharklimah. Risang abagus ngepel-ngepel sekul jenar. Kalamun taksih wujud wos,kumepyur, parandene ingolah sarta kinepel dening penganten kakung manunggaldadya sawiji. Pratandhane risang penganten manunggalaken gumolonging tekaddenira arsa hamangun brayat. Setunggal baka setunggal, sekul kang kinepel risangabagus kadhahar risang ahayu sarwi lawuh ati antep. Maknanipun bilih pengantensarimbit sampun mantep ing nala anggenira dhaup palakrama arsa mangun balewisma.
                Ngunjuk toya wening, maknanebilih salwiring kandha sarta solah bawa arsa kapenggalih kanthi weninging nala.Satemah datan damel seriking asanes, tansah karyenak tyasing sasama.  

Kamis, 02 Juni 2011

Pranatacara Siraman

SIRAMAN
Makna siraman calon pengantin putri inggih puniko kangge ngresiki sedaya aral melintang calon pengantin putri sebab bade nglampahi ijab kobul, lan nyuwun pangestu dumateng kekalih tiang sepuh bapa/ibu serta para pinisepuh. Uborampenipun inggih puniko:

1. tempat 7 sumber
2. bokor untuk siraman Pengantin pria
3. bunga setaman
4. Kendi atau Pratololoka
5. tempat potong rikmo (rambut)
6. Tempat Handuk / kimono

Sajen Siraman inggih puniko:

• tumpeng dahar
• tumpeng robyong
• kerik
• majemukan
• Jajan pasar
• Pisang ayu
• Polo kependem
• Polo kesampar
• Polo gumantung
• Kelapa sejodo/sepasang dan ayam dere (perawan)

NGABEKTEN

Katuran dumateng Bapa dalah biyung kinasih lenggah ing damper ingkang sampun katata kanti laksana. Bapa lenggah ing sakiwa tengening penganten.
Sakderengipun jinamas ing warih, Ni mas Calon temanten putrid ing ngarsanipun Bapa dalah biyung kinasih nyuwun idi pangestu dalah nyuwun agunging pangaksama mring ingkang rama miwah biyung kinasih. Awit calon temanten putrid badhe lumebet ing bebrayan enggal.

Tangkeping asta sarwa sumembah ing pepedaning ingkang rama dalah biyung, Calon temanten putrid hangaturaken :
Rama dalah biyung kinasih, kula ngaturaken sungkem pangabekti saha nyuwun agunging pangaksama sedaya kalepatan kula, sarta nyuwun tambahing pandonga pangestu anggen kula badhe dhaup palakrama kaliyan Kang Mas …………………..

Ngger, nini putraku, dak tampa pangabektimu. Wis dadi kewajiban wong tuwa loro manggulo wentah kowe yo ngger putraku, Yen ono nakale lan wangkaling anak iku wis lumrah. Ora ono kaluputan sing kok sandang, kalamun lego lilo aku lan ibumu paring pangapuro. Dak paringi pangestu anggonmu arep jejodoan, tak dongakno mring Gusti kang Mahakuwasa mugo-mugo bgyo mulyo uripmu sempulur nganti sak lawase.

Sanadyano mboten namung meniko ingkang putra sumungkem ing pepadanira ingkang rama dalah biyung. Nanging raosing penggalih ingkang rama dalah biyung satuhu beda. Tatkala sinembah pepadane, kadya sinendhal mayang bathine. Trenyuh jroning wardaya. Trenyuhing nala ingkang datan sinayudan, satemah rama dalah biyung kuwawa ngamaph tumetesing waspa. Luh marawayan, tumetes tinampi kanthi lumahing asta mring kang putra. Minangka pratandha tumuruning nugraha, bilih ingkang rama dalah biyung ingkang sampun paring idi palilaah, miwah pangestu dhumateng kang putra henggenira arsa dhaup palakrama.
Paripurna ngabekti ing pepdanira ingkang rama kakung dalah biyung kinasih, Kang Putra calon temanten mring ingkang rama dalah biyung lumampah tumuju sasana jamas pasiraman.

Amrih samekta miwah gangsar samudayanipun, keparenga kula aturi uninga bilih ingkang badhe paring jamas pasiraman samangke inggih menika, para pepundhen, para pini sepuh, pitu cacahipun. Pinilih gunggung pitu amrih risang calaon pinanganten putri tansah pikantuh pitulungan, kinasih ing sasama, cinaket mring Gusti.

Para pepundhen dalah pinisepuh ingkang kula aturaken kala wau inggih menika :
1. RamaKakung Heriyantoyo
2. Biyung Heri
3. Eyang

Keparenga dumateng para pepundhen, para pinisepuh kasuwun pangestunipun paring jamas pasiraman dhumateng risang calon pinananganten putri.

1. Ingkang sepindhah paring jamas pasiraman nun inggih Rama kakung Heriyantoyo kanthi kebak ing pangati-ati, sarwa sarwi binarung donga suci lumebering toya waradung saranduning sarira risang ahayu. Ancles kadya siniram tirta sawindu, mahanani, ayem,temtrem sajroning kala.

2. Ing kaping kalehipun, kasuwun ibu biyung kinasih paring pangestu sesuci, age-age marepegi ingkang putri. Kebak ing sutresna, jinamas ing warih risang calaon pianganten putri. Waradin ing sarira saking pucuking rikma dumugi samparaning ahayu.

3. Salajengipun keparenga ingkang Eyang, nun inggih Eyang ................................. paring pangestu dhumateng wayah, kanthi pangestu suci dhiri karana paring jamas pasiraman toya suci perwita adi. Ketang tresnaning eyang marang wayah, sakderengipun angguyur toya paring puji pandonga rahayu. Kanthi pianringan toya perwita sari mugiya calon pinanganten putri hayem, tentrem, kadya pinaringan pangayoman risang ahayu mring ingkang eyang dupi piaringan pamuji donga miwah siniram ing warih suci.

4. Katuran dumateng.......
Mugi risang ahayu saged kasawaban mring kawegigan miwah kawicaksanan. Satemah ing tembe saged kasil ing babagan pakaryan

5. Katuran dumateng ibu........... paring jamas pasiraman, mugi Calon pinanganten putri sageta nderekaken sun tuladanaipun ibu.....

6. Keparenga ibu........... mugi calon pinanganten saged nulad mring ibu...............

7. Ingkang pungkasan kasuwun dumateng ibu ....................... paring idi pangestu dalah paring jamas pasiraman, mugya pinanganten putri saged handerekaken hambangun kulawarga ingkang bagya mulya.

Jangkep pitu cacahe para pepundhen paring jamas pasiraman. Mugi-mugi suci lahir lan bathine risang ahayu satemah mdhep mantep anggenipun calon pinanganten ing dinten benjang badhe nglampahi upacara suci sarta sakral agung inggih punika adicara palakrama. Mawantu-wantu Bapak/Ibu Heri ngaturaken agunging panuwun ingkang tanpa pepindhan, Muhung Gusti Kang Maha mirah ingkang badhe males luhuring budi panjenengan sadaya. Amin.

SESUCI MECAH KENDHI

Saklajengipun Bapak Heri paring toya sesuci ingkang mijil saking telengih kendhi pratala. Kendhi wus ngarani wadhah, pratala ateges lemah. Ilining toya boten pedhot mratandahani. Sempulur ing karahayon, sempulur anggenipun kagungan kersa, sempulur ing sandang, bogam, donya brana. Kanthi sesucen menika, mugi-mugi risang ahayu anggenipun badhe ngayahi wajib, kalis ing godha rencana, kalis ing sambikala, hamung rahayu kang bakal tinemu.

Pangkas Rikma
Titi laksana salajengipun nun inggih Bpk Heri arsa mangkas rikmane ingkang putri.
” Niat ingsun ngethok rikmamu nduk putriku, muga-muga dadiya pratandha sempuluring tuwuhmu, wilujeng, ahayu, wiwit saiki putriku wis dewasa uwal saka pangkoning rama lan ibu”
Pangkasan rikma winadhah ing mok, tinampi dening ingkang ibu. Mugi risang ahayu nyembadani kekudanganipun ingkang rama miwah ibu kadidene sasmita pangkas rikma nun inggih wiwit samenika risang ahayu samekta bawa priangga kalamun sampun kulawarga mangun gesang tembayatan kaliyan ingkang garwa,

Pondhongan
Rama kakung tumindak bopong pungkasan, ingkang paring sasmita hambok bilih ing dinten menika rama kakung saged mbopong putrinipun ingkang pungkasan.
” Niat ingsun mbopong putriku, iki dadiya bopong kang pungkasan, sabanjure putriku bisa bawa priyangga urip tembayatan karo garwamu, kacukupan ing sandhang boga, bisaa nemu mulya lan raharja ”.

Nanem Rikma
” Niat ingsun nanem rikmane putriku, kabeh lelakon kang kepungkur wis kapendhem, hamung thukula kabecikan tumraping bebrayan, rahayu, widada, nir ing sambi kala ”.

Dulang pungkasan
” Niat ingsun ndulang putriku, pamujiku dulangan iki dadiya dulangan kang pungkasan. Ing sabanjure putriku bisaa madeg ing pribadine dewe, nampa kanugrahaning Gusti, dadiya pangayoming sasana, sempulur ing salawase, widada, nir ing sambikala

Sade Dhawet
Kawuryan Bpk/Ibu Heri sampun miyos saking panti. Ibu Heri ngindhit wakul minangka wadhahing arta asiling sade dhawet. Dene ingkang garwa nenggih Bapak Hery ngasta songsong, kang wus sawega paring pepayung mring kang garwa. Ateges dadi wong tinitah kakung mono kudu bisa paring pengayoman mring ingkang garwa amrih ingkang tinitah wadon ayem, tentrem, kalis saking was sumelang .

Sarwa-sarwi Ibu Hery mundhut dhawet, dhawet kaaturaken Bapak Hery.
” Bapakne, piye rasane ? ”
” Enak tenan , Bune ”

Rame anggenaira antri samya mundhut dhawet, dadya pratandha kalamun ing dinten benjing, rawuhipun para tamu antri dalidir kadya kang samya mundhut dhawet.

Sarwa-sarwi mirah, hanggenira Ibu Hery sade dhawet, dhawete ayu, manis ing rasa, mila samya suka pari suka ingkang samya antri badhe mundhut dhawet. Mboten wonten ingkang kuciwa ing rasa, snmya suka ing nala.

Kajawi punika, sdayan dhawet ugi dados pratandha bilih bpk/ibu Heri suka dene mring sesami. Satemene sapa wonge murah mring sasama, bakal pinaringan murah mring Gusti kang Maha Kuwasa.

Makaten napa ingkang saget kula aturaken wonten adicara Siraman menika, mboten kesupen kula ing ngriki minangka sesulihipun ingkang hamengku gati, ngambali atur sugeng rawuh sinartan atur agunging panuwun ingkan tanpa pepindang rehning panjenengan para tamu sampun minangkani pamundhutipun Bpk/Ibu Heri.

Para rawuh para lenggah,
Dening kula nindakaken urut reroncenipun adicara, milai purwa dumugi paripurna tartamtu kathah kekirangananipun ugi kekilafan kula, mila menika kula namung nyenyadhong lumunturing sih samodra pangaksama dumateng ingkang hamengku gati ugi panjenengan sedaya, labed budi daya kula manungsa. Nuwun.